Slide Title 1

Aenean quis facilisis massa. Cras justo odio, scelerisque nec dignissim quis, cursus a odio. Duis ut dui vel purus aliquet tristique.

Slide Title 2

Morbi quis tellus eu turpis lacinia pharetra non eget lectus. Vestibulum ante ipsum primis in faucibus orci luctus et ultrices posuere cubilia Curae; Donec.

Slide Title 3

In ornare lacus sit amet est aliquet ac tincidunt tellus semper. Pellentesque habitant morbi tristique senectus et netus et malesuada fames ac turpis egestas.

Sabtu, 07 Mei 2016

Persiapan Mengajar CTL dari Rumah Impian

Setiap Pendidik Kristen memiliki tempat berteduh yang dianggap sebagai rumah impian. Dari rumah impian ini pendidik Kristen mempersiapkan diri dengan sejumlah metode pengajaran untuk peserta didik di kelas. Salah satunya yaitu metode atau pendekatan Pembelajaran CTL Oleh Guru Pendidikan Kristen.
Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran PAK di Indonesia didasarkan pada pendekatan dialogis- partisipatif yang lebih menekankan pada penciptaan hubungan dua arah antara peserta didik dengan pendidik (guru). Sesungguhnya konsep ini merupakan bagian dari pembelajaran kotekstual.
Perlu disadari bahwa implikasi CTL dalam pembelajaran PAK didasari oleh pemikiran bahwa ada kebenaran pengetahuan dalam pendekatan CTL. Oleh karena ada kebenaran dalam CTL maka dapat diterapkan dalam proses pembelajaran PAK. Prinsip berpikir ini searah dengan pendapat yang dikemukan oleh para teolog Kristen sebagaimana yang diungkapkan Arthur F. Holmes: Segala kebenaran adalah kebenaran Allah. Truth is God’s Truth. Sebuah pemahaman komprehensif bahwa segala kebenaran – di manapun itu ditemukan – berasal dari Allah dan menjadi saksi Bagi-Nya. Sebuah panggilan untuk kembali kepada wawasan dunia yang Alkitabiah.

Selain kutipan di atas, Yonas Muanley dalam bahan Ajar Filsafat Ilmu menegaskan bahwa:
Segala yang benar dalam pernyataan, proses berpikir, ilmu pengetahuan, seni dan kebudayaan atau hasil cipta manusiam jika itu benar maka harus diyakini bersumber dari Allah. Alasannya Tuhanlah sumber kebenaran. Tuhan pula yang memberi pikiran kepada manusia. Sehingga siapapun yang menggunakan piki Setran secara baik akan menemukan kebenaran, memang kebenaran berpikir, kebenaran pernyataan, kebenaran seni dan lain sebagainya bukan kebenaran yang menyelamatkan, sebab kebenaran yang menyelamatkan hanya satu yaitu Yesus Kristus. Dialah kebenaran itu. Dengan demikian kita mengenal ada kebenaran langsung yaitu Alkitab yang terdiri dari PL dan PB, dan ada kebenaran tidak langsung yaitu melalui proses berpikir manusia. Yang terakhir ini tidak hanya milik orang Kristen tetapi siapapun yang berpikir secara mendalam terhadap salah satu kenyataan akan menghasilkan sebuah kebenaran. Ada kebenaran ‘gaya grafitasi bumi’ karena pernah ada yang memfokuskan pikirannya untuk mempelajari kecendrungan benda selalu jatuh kebawah. Setiap Ilmu pengetahuan termasuk metode-metode yang ditemukan dalam dunia pendidikan pastilah memiliki kebenaran sehingga dapat digunakan dalam pendidikan Kristen, baik itu di sekolah maupun di gereja . Berdasarkan pendapat di atas kebenaran Ilmu CTL dapat diterapkan dalam PAK. Dengan demikian, PAK sebagai salah satu mata pelajaran di lembaga pendidikan dan perlu mengadaptasi pembelajaran kontekstual dalam mendampingi anak didik guna memahami Tuhan Yesus sebagai juruselamatnya sekaligus mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari- hari. Untuk menghubungkan atau mengkaitkan model pembelajaran kontekstual ini, khususnya dalam pembelajaran PAK, maka perlu dipedomani prinsip- prinsip di bawah ini. 1. Guru perlu menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental peserta didik.
2. Guru membentuk kelompok belajar peserta didik yang saling kerjasama dan saling berhubungan satu sama lain.
3. Guru menyediakan lingkungan belajar peserta didik yang dapat mendukung pembelajaran mandiri.
4. Guru harus mempertimbangkan keberagaman peserta didik, artinya anak didik yang memiliki kemampuan tidak harus menyatu kelompoknya dengan teman yang seimbang, tetapi dia juga dapat menjadi guru sebaya dengan teman-temannya yang kurang mampu.
5. Guru memotivasi anak didik agar selalu menggunakan kesempatan untuk bertanya, agar melalui tehnik bertanya anak didik dapat memahami serta menghubungkan pengalaman masa lalunya terhadap pengetahuan yang baru ia temukan.
6. Guru perlu menerapkan penilaian secara proses bagi anak didik, artinya anak didik diperhatikan bagaimana kemampuan dan pemahamannya akan pelajaran yang disajikan selama beberapa waktu
Selanjutnya guru PAK dapat memilih Cara menerapkan CTL dalam Proses Pembelajaran PAK, yakni: 1. Dalam pembelajaran PAK, guru perlu mengembangkan pemikiran, bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara menemukan sendiri. Sebab itu, anak didik diberi kesempatan untuk mencari tahu tentang pokok-pokok materi serta apa saja yang berkaitan dengan tugas yang telah dirumuskan guru. Anak didik menemukan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan, sikap tingkah laku dan keyakinannya pada Tuhan. Sedangkan guru PAK siap sedia memfasilitasi anak didik dalam memperolehnya.
2. Dalam pembelajaran PAK, guru perlu melaksanakan kegiatan inquiri. Misalnya, anak didik diberi tugas untuk mencari data tentang “Mengapa kebaktian aliran kharismatik selalu diikuti dan disenangi oleh para remaja?” Selanjutnya tugas berikut adalah merumuskan jawaban sementara, kemudian mengumpulkan data. Menganalisis, menyimpulkan dan kemudian menyajikan hasil temuan di kelas atau di hadapan guru dan teman-teman yang lain.
3. Dalam pembelajaran PAK guru sangat penting untuk mengembangkan sifat ingin tahu anak didik dengan cara bertanya atau dengan kata lain komponen bertanya merupakan keahliana dasar yang perlu dibangun dalam diri seseorang anak didik. Misalnya: Apa perbedaa baptisan percik dengan baptisan selam?
4. Dalam pembelajaran PAK, guru perlu menciptakan masyarakaat belajar dengan membentuk kelompok-kelompok. Seharusnya nama kelompok diambil dari nama nabi, rasul, jemaat atau tempat pelayanan Yesus yang ada dalam Alkitab. Dalam setiap kelompok harus saling ada keterkaitan atau ketergantungan, agar proses belajarnya lebih bervariasi dan memungkinkan anak didik saling membutuhkan serta bertukar pengalaman.
5. Dalam pembelajaran PAK perlu member model sebagai acuan atau referensi bagi peserta didik. Misalnya “ beribadah kepada Tuhan”. Sebagai guru harus lebih dahulu member model bagaimana beribadah yang benar kepada Tuhan. Melalui ketekunan, keikhlasan, kejujuran dan dengan perbuatan nyata setiap saat. 6. Dalam pembelajaran PAK, guru harus melakukan refleksi pada akhir pertemuan pembelajaran, agar peserta didik merasakan bahwa pada hari itu mereka sudah belajar sesuatu yang bermakna. Misalnya pelajaran yang membahas tentang cara pemeliharaan ciptaan Tuhan, khususnya tumbuh-tumbuhan. Maka di sini guru harus berusaha membangkitkan daya ingat peserta didik akan perbuatan mereka terhadap tumbuh-tumbuhan yang dapat mengganggu kerusakan lingkungan hidup. Bersamaan dengan itu, anak peserta diajak berjanji kepada Tuhan dalam doa untuk senantiasa memelihara ciptaan Tuhan dengan baik.
7. Dengan pembelajaran PAK, guru harus memberi penilaian yang sebenarnya tentang hasil belajar anak didik. Guru PAK menilai peserta didik melalui proses kegiatan yang dilakukannya, bukan hanya dengan tes secara tertulis atau lisan saja. Dalam hal ini perlu dikembangkan berbagai tehnik penilaian sebagaimana cara yang obyektif.
Pemeblajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaaannya. Sebagai hal penting dalam pembelajaran PAK, perlu dikembangkan pemikiran bahwa anak didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya secara mendetail dengan pedoman dan bimbingan guru PAK. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri (menemukan) untuk semua topic dengan tuntutan dari guru PAK. Guru PAK mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya. Guru menciptakan masyarakat belajar peserta didik. Guru PAK menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran bagi peserta didik, dalam arti guru PAK sebaiknya mencerminkan karakter Yesus sebagai guru yang baik. Guru PAK melakukan refleksi diakhir pertemuan sekaligus penilaian.

Membaca di Rumah Impian tentang Keteladan dalam karakter

Keteladanan Pendidik Kristen Dalam Karakter Pembangunan karakter bangsa merupakan komitmen kolektif masyarakat Indonesia menghadapi tuntutan global dewasa ini. Sebagai perwujudan dari komitmen tersebut, dibuatlah undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang menjelaskan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan, berkarakter mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Cita-cita luhur bangsa sebagai mana tertuang dalam tujuan pendidikan nasional tersebut adalah perwujudan nilai moral bangsa yang harus tertanam dan mengakar dalam pola hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Oleh karena itu, pendidikan karakter bangsa menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan pola pembinaan, khususnya di sekolah. Paparan di atas menegaskan bahwa semua pihak terlibat dan ikut bertanggungjawab dalam pembentukan karakter. Salah satu tugas pendidik Kristen adalah pembentukan karakter peserta didik yang diajarnya. Guru PAK harus mengaplikasikan pembentukan karakter. Keteladanan Pendidik Kristen yang berikutnya adalah keteladanan pendidik Kristen dalam karakter, yang merupakan salah satu faktor terpenting dalam peranan pendidik Kristen dalam mengajar. Dalam proses interaksi edukasi antara pendidik Kristen dengan peserta didik, karakter pendidik Kristen merupakan bagian yang sangat menentukan berhasil tidaknya materi yang diajarkannya. Karakter adalah; sifat, tabiat atau watak seseorang, sesuatu hal yang tersembunyi yang belum diketahui siapapun, karena itu untuk mengetahui karakter seseorang dilihat dari sikap hidupnya sehari-hari. Keberhasilan seorang pendidik Kristen tidak hanya dilihat dari kesibukannya setiap hari tetapi juga dari karakter yang tercermin dari kehidupannya sebagai impartasi dari kesibukannya sebagai pengajar yang akan mempengaruhi para peserta didiknya dalam proses edukasi. Sebagai perbandingan tentang kesibukan pelayanan seorang pendidik Kristen yang seharusnya tercermin dari karakter hidupnya J. Oswald Sanders mengatakan bahwa; “Kesan pertama yang diperoleh pada waktu membaca kisah yang sederhana mengenai Nehemia ialah bahwa ia adalah orang yang suka berdoa ketika Nehemia mendengarkan tentang nasib Yerusalem yang menyedihkan ia berpaling kepada Allah di dalam doa, yang membuktikan bahwa ia tidak asing lagi di depan takhta kasih karunia”.( J. Oswald Sanders , 2001:169) Maksudnya bahwa cerminan kehidupan Nehemia sebagai seorang pendoa adalah menghadapi segala problema kehidupannya dengan doa, sebelum hal lain dilakukannya. Jadi secara keseluruhan, catatan kehidupan Nehemia dipenuhi dengan doa. Bagi Nehemia doa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan pekerjaan sehari-hari (Neh. 1:4; 6:2:4; 4:4,9; 5:19; 6:14; 13:14, 22, 29). Dari keteladanan karakter hidup Nehemia, maka seorang pendidik Kristen harus terus belajar untuk mengekspresikan setiap materi pengajarannya tentang kepribadian Tuhan Yesus dan kehidupanNya, mempengaruhi seluruh hidupnya sebagai pendidik Kristen untuk disaksikan dan diteladani oleh para peserta didiknya. Hal ini pasti terjadi dalam kehidupan setiap orang percaya termasuk seorang pendidik Kristen yang mau membangun persekutuan hidup yang lebih dekat dengan Tuhan Yesus seperti Nehemia. Pembentukan karakter siswa di sekolah membutuhkan pendidik Kristen yang memberi teladan karakter yang bersifat umum maupun yang berciri khas karakter Kristen. Karakter umum yang perlu diaplikasikan dalam kehidupan guru sehingga terbentuk karakter siswa. Karakter-karakter yang berlaku umum di sekolah, yaitu: 1. Allah dan kebenaran 2. Tanggungjawab, disiplin, dan mandiri 3. Amanah 4. Hormat dan santun 5. Kasih sayang, peduli, dan kerja sama 6. Percaya diri, kreatif, dan pantang menyerah 7. Adil dan berjiwa kepemimpinan 8. Baik dan rendah hati 9. Toleran dan cinta damai. Selain 9 karakter di atas ada pula 18 karakter yang perlu diperhatikan dan diterapklan oleh seorang pendidik Kristen. Karakter-karakter berikut ini adalah karakter yang bersifat umum. Artinya berlaku bagi pendidik Kristen dan pesertadidk yang berasal dari berbagai agama. 1. Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. Disiplin 5. Kerja keras 6. Kreatif 7. Mandiri 8. Demokratis 9. Rasa inging tahu 10. Semangat kebangsaan 11. Cinta tanah air 12. Menghargai prestasi 13. Bersahabat/komunikatif 14. Cinta Damai 15. Gemar membaca 16. Peduli Lingkungan 17. Peduli sosial 18. Tanggungjawab Kedelapan belas karakter di atas siafatnya karakter umum tetapi didalamnya terdapat nilai-nilai yang dirumuskan dari Agama. Karakter-karakter tersebut perlu diperhatiikan dan diterapkan dalam kehidupan Guru Agama Kristen dan siswa yang beragama Kristen. Walaupun demikian pengajaran tentang karakter sebenarnya sangat banyak dalam Alkitab maka berikut ini akan diuraikan karakter-karakter yang berciri Kristen yang perlu diterapkan dalam keteladanan pendidik Kristen.

Ruang Bacaan di Rumah Impian tentang Pengaruh Keteladanan Pendidik Kristen

Salah satu pokok bacaan di rumah impian adalah Pengaruh Keteladanan Pendidik Kristen
Setiap Pendidik Kristen yang ada di lingkungan sekolah harus bekerja sama dengan baik, bertanggung jawab dalam mengembangkan pendidikan kepada siswa yang diajarnya. Seorang pendidik harus mampu mengelola proses pembelajaran tersebut. Kemampuan mengelola pembelajaran merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki pendidik Kristen. Kemampuan dalam ketrampilan mengelola pembelajaran secara baik akan menghasilkan kondisi belajar yang optimal dalam berlangsungnya proses pembelajaran, dalam konteks ini terjadilah apa yang disebut interaksi edukatif. Menurut Djamarah, interaksi edukatif adalah sebuah interaksi belajar mengajar yang menghimpun sejumlah nilai (norma) yang merupakan substansi, sebagai medium antara guru dan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan (Syaiful Bahri Djamarah, 2005:144)
Jadi, tujuan pengelolaan pembelajaran di kelas adalah untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan optimal sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, pendidik Kristen mengelola kelas untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas demi mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien yang memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan baik. Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai bila pendidi kompeten dalam mengorganisir peserta didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran.
Organisasi pembelajaran atau tepatnya manajemen pembelajaran dimulai pada saat pendidik Kristen memasuki ruang kelas, ketika berada di kelas, sang pengajar menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membentuk peserta didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikian rupa, sehingga proses interaksi edukatif dapat secara efektif dan efisien.

Ruang Baca 1 di Rumah Impian

Pengertian Keteladanan dan Guru PAK Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keteladanan atau teladan adalah sesuatu yang patut ditiru atau baik untuk dicontoh. Keteladan itu berupa perbuatan, kelakuan, sifat dan sebagainya. Keteladanan Guru Pendidikan Agama Kristen dalam pembahasan ini dipahami dalam pengertian karakter seorang guru Agama Kristen yang patut ditiru oleh peserta didik. Ini berarti seorang Guru Pendidikan Agama Kristen perlu memiliki sifat-sifat mulia dalam dirinya. Hal ini disebabkan karena seorang guru adalah orang yang patut menjadi teladan. Salah satu unsur penting dari beberapa unsur dalam dunia pendidikan adalah guru. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa; “guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya mengajar dan dimaknai sebagai tugas profesi”. Berbicara tentang profesi maka Ornstein dan Levine menyatakan bahwa : Jabatan yang sesuai dengan pengertian sebagai profesi adalah sebagai berikut: memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai, memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang, menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan”( Soetjipto, 2007:15-16)

Profesi juga diartikan sebagai suatu jabatan atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis secara insentif. Profesi sebagai guru menurut Andar Gultom bahwa; “Guru PAK memang dianggap sebagai suatu profesi atau jabatan, karena pekerjaan ini memerlukan keahlian khusus, dan profesi atau jabatan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang tidak memiliki keahlian sebagai guru PAK”(Andar Gultom, 2007:15) Dalam pengertian bahwa profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian khusus. Oleh karena itu suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi, membutuhkan kualifikasi khusus melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus.
Mengenai kualifikasi guru yang merupakan jabatan profesional Soetjipto mengatakan bahwa :
“Jabatan guru merupakan jabatan fungsional yang membutuhkan kualifikasi khusus yang melibatkan intelektual, spesifikasi pendidikan yang khusus, memerlukan latihan dan jabatan yang berkesinambungan, memerlukan karier hidup dan keanggotaan yang permanen, menentukan baku perilakunya, mementingkan layanannya, mempunyai organisasi profesional dan mempunyai kode etik yang ditaati oleh anggotanya”( Soetjipto )

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seorang guru yang profesional adalah guru yang terdidik dan terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya dibidangnya kemudian diharapkan menjadi teladan yang baik terhadap peserta didiknya. Jadi guru profesional adalah guru yang mengenal dirinya sebagai pribadi yang dipanggil Allah untuk mendampingi peserta didik dalam belajar.
Profesionalisme guru terlihat dari keteladanannya dalam mengajar peserta didik yakni keteladanan dalam pelayanan, yang khas, diakui, dan dihargai oleh masyarakat dan pemerintah. Pelayanan guru dapat diandalkan apabila dalam pemberi layanan menguasai betul materi yang diajarkannya dan mempunyai citra yang baik di masyarakat dan dapat menunjukkan bahwa guru layak menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat yang ada disekelilingnya. Masyarakat akan melihat sikap dan perbuatan guru setiap hari karena panutan patut diteladani. Mary Setiawani mengatakan: “Seandainya seorang mengajar sesuatu sedemikian muluk, tetapi kemudian apa yang ia lakukan di masyarakat sama sekali bertentangan dengan apa yang ia ajarkan, itu hanya ucapan kosong belaka” (Mary Setiawan, 2008:41). Artinya seorang justru guru harus jadi teladan.

Rabu, 20 April 2016

Memberdayakan Kemampuan

Kita semua dikaruniakan oleh Tuhan sebuah potensi dalam diri kita yaitu kemampuan. Kemampuan untuk berkreasi dan berinovasi. Dua hal ini harus kita berdayakan secara baik. Sering lingkungan dan tempat pendidikan mengkondisikan kemampuan kreatifitas dan inovasi tidak berkembang secara baik. Kita selalu dibuat untuk memiliki mental bergantung bukan mental pencipta peluang kerja. Saya sering menjadikan pengalaman rasul Paulus dalam membuat tenda dalam mendapatkan rejeki untuk menopang kegiatan pelayanan. Paulus juga dapat bantuan dari para dermawan tetapi ia juga bekerja memberdayakan kemampuan. Sejak bulan April tahun 2010, saya mulai memeriksa diri saya, apa kemampuan yang dapat saya berdayakan untuk menolong saya dalam memperoleh peluang mendapat rejeki yang mencukupi keperluan keluarga. Kemudian saya memberdayakan kemampuan dalam bekerja online. Hal ini dapat terlaksana karena dalam disertasiku salah satu variabel bebasnya yaitu pemanfaatan free weblog sebagai media pembelajaran. Saya kemudian menggumulinya secara serius untuk sebuah perubahan. Dan ternyata terjawab kerinduan saya, yaitu saya mendapat orderan untuk produk yang saya miliki yaitu jasa konsultasi online sesuai kemampuan yang saya miliki. Jadi, di internet kita bisa menjual apa saja, yang penting halal.

Berjuang mewujudkan rumah impian

Perjuangan mewujudkan rumah impian bukanlah gampang, mungkin bagi orang lain begitu mudah mendapatkan rumah yang diimpikan. Namun tidak demikian bagi saya. Saya harus berjuang bersama istri dan anak-anakku untuk mewujudkan rumah impian itu. Paling tidak rumah impian itu sebagai tempat berteduh untuk melaksanakan pelayanan yang Tuhan percayakan kepada saya. Saya sadar bahwa panggilan melayani Tuhan adalah sebuah panggilan yang mulia. Dalam kesetiaan melaksanakan pelayanan pekerjaan Tuhan, saya berusaha sesuai kemampuan yang TUHAN beri untuk mendapatkan sebuah rumah yang layak untuk menjadi tempat beristirahat. Puji Tuhan kerinduan itu dapat terwujud.

Dalam postingan terdahulu saya menampilkan suasana rumah saat banjir. Biasanya bulan Nofember sampai April saya harus siap sedia membersihkan rumah setelah banjir. Pengalaman itu berlangsung dalam beberapa tahun. Saya kemudian berdoa untuk membangun lantai atas untuk dapat berteduh ketika datang banjir. Puji Tuhan dapat terwujud. Saya bangun rumah berdasarkan kerja yang melelahkan. Saya berangkat ke kantor (Sekolah Teologi) pukul 07.00 dan bekerja dari pukul 08.00 - 17.00. Setelah pulang kantor, saya kerja secara online mulai pukul 19.00 -12.00. Rasanya sangat lelah, tetapi saya terus berjuang. Hasilnya yaitu saya dapat membangun ruang tersendiri sebagai antisipasi bila terjadi banjir. Berikut hasil karyaku.

Bagi warga yang daerahnya banjir, jalan satu-satunya adalah menguruk rumah atau membuat tingkat agar ada tempat untuk berteduh ketika terjadi banjir: Cara mengatasi:
Gambar 1: Persiapan seadanya untuk bekerja online di ruang baru yang masih dalam taraf penyelesaiaan. Saya kerja di atas jam 19.30 - 13.00
Gambar 2: Memanfaatkan tempat seadanya untuk menjadi meja dan kursi untuk bekerja secara online (memberdayakan kemampuan secara online) untuk mendapat rejeki secukupnya sesuai doa Bapa kami Gambar 5: Fasilitas kerja online: Laptop, Internet (modem) dan Pulsa rp 50.000,00
Gambar Modem yang saya pakai untuk bekerja secara online, dan pulsa yang saya pakai untuk menunjang kerja online. Kerja online bukan kerja mendadak kaya. Semua butuh proses. Saya bekerja menggunakan free weblog seperti blogspot dan wordpress. Berjuang mendapat penghasilan secara online juga tidak mudah, saya mulai kerja sejak tahun 2010 bulan April dan hasilnya baru saya rasakan tahun 2012.
Gambar 6 Hasil perjuangan beberapa tahun melalui kerja online. Saya katakan beberapa tahun. Jadi bukan instan, tidak ada kerja online yang langsung dapat hasil yang besar. Semuanya butuh proses. Jangan cepat dipengaruhi dengan tawaran instan, yang benar adalah proses. Saya alami dan bisa sering dengan pengunjung yakni saya kerja selama beberapa tahun melalui free weblog. Untuk mendapat hasil seperti ini saya membayar harga yaitu bekerja sampai larut malam, sering jari-jari saya tidak mampu lagi mengetik tapi terus berjuang. Saya memposting pengalaman saya dengan tujuan berbagi dengan mereka yang sedang dan akan mengalami pergumulan yang sama. Tetaplah setia melayani Tuhan Yesus Kristus. Jika ada peluang berdayakan kemampuan seperti rasul Paulus memberdayakan kemampuannya seperti membuat tenda. Hasil dari membuat tenda adalah dapat rejeki. Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa kita bisa mendapat rejeki secara mujizat tetapi juga melalui kerja kita secara alamiah. TUHAN sudah memberi kemampuan entrepreneur (kewirausahaan) dalam diri setiap orang. Tetap semangat dalam perjuangan. Salam Yonas Muanley

Jumat, 17 Januari 2014

Rumah Jakarta dan Banjir

Mewujudkan rumah impian tidak berjalan secara mulus, ia penuh dengan dinamika perjuangan. Ada masa susah dan senang. Masa senang apabila rumah sudah selesai dan ditempati oleh keluarga. Masa susah, salah satunya adalah banjir. Berikut beberapa suasana yang melanda Jakarta.

Sebelum banjir