Sabtu, 07 Mei 2016

Persiapan Mengajar CTL dari Rumah Impian

Setiap Pendidik Kristen memiliki tempat berteduh yang dianggap sebagai rumah impian. Dari rumah impian ini pendidik Kristen mempersiapkan diri dengan sejumlah metode pengajaran untuk peserta didik di kelas. Salah satunya yaitu metode atau pendekatan Pembelajaran CTL Oleh Guru Pendidikan Kristen.
Sebagaimana diketahui bahwa pembelajaran PAK di Indonesia didasarkan pada pendekatan dialogis- partisipatif yang lebih menekankan pada penciptaan hubungan dua arah antara peserta didik dengan pendidik (guru). Sesungguhnya konsep ini merupakan bagian dari pembelajaran kotekstual.
Perlu disadari bahwa implikasi CTL dalam pembelajaran PAK didasari oleh pemikiran bahwa ada kebenaran pengetahuan dalam pendekatan CTL. Oleh karena ada kebenaran dalam CTL maka dapat diterapkan dalam proses pembelajaran PAK. Prinsip berpikir ini searah dengan pendapat yang dikemukan oleh para teolog Kristen sebagaimana yang diungkapkan Arthur F. Holmes: Segala kebenaran adalah kebenaran Allah. Truth is God’s Truth. Sebuah pemahaman komprehensif bahwa segala kebenaran – di manapun itu ditemukan – berasal dari Allah dan menjadi saksi Bagi-Nya. Sebuah panggilan untuk kembali kepada wawasan dunia yang Alkitabiah.

Selain kutipan di atas, Yonas Muanley dalam bahan Ajar Filsafat Ilmu menegaskan bahwa:
Segala yang benar dalam pernyataan, proses berpikir, ilmu pengetahuan, seni dan kebudayaan atau hasil cipta manusiam jika itu benar maka harus diyakini bersumber dari Allah. Alasannya Tuhanlah sumber kebenaran. Tuhan pula yang memberi pikiran kepada manusia. Sehingga siapapun yang menggunakan piki Setran secara baik akan menemukan kebenaran, memang kebenaran berpikir, kebenaran pernyataan, kebenaran seni dan lain sebagainya bukan kebenaran yang menyelamatkan, sebab kebenaran yang menyelamatkan hanya satu yaitu Yesus Kristus. Dialah kebenaran itu. Dengan demikian kita mengenal ada kebenaran langsung yaitu Alkitab yang terdiri dari PL dan PB, dan ada kebenaran tidak langsung yaitu melalui proses berpikir manusia. Yang terakhir ini tidak hanya milik orang Kristen tetapi siapapun yang berpikir secara mendalam terhadap salah satu kenyataan akan menghasilkan sebuah kebenaran. Ada kebenaran ‘gaya grafitasi bumi’ karena pernah ada yang memfokuskan pikirannya untuk mempelajari kecendrungan benda selalu jatuh kebawah. Setiap Ilmu pengetahuan termasuk metode-metode yang ditemukan dalam dunia pendidikan pastilah memiliki kebenaran sehingga dapat digunakan dalam pendidikan Kristen, baik itu di sekolah maupun di gereja . Berdasarkan pendapat di atas kebenaran Ilmu CTL dapat diterapkan dalam PAK. Dengan demikian, PAK sebagai salah satu mata pelajaran di lembaga pendidikan dan perlu mengadaptasi pembelajaran kontekstual dalam mendampingi anak didik guna memahami Tuhan Yesus sebagai juruselamatnya sekaligus mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari- hari. Untuk menghubungkan atau mengkaitkan model pembelajaran kontekstual ini, khususnya dalam pembelajaran PAK, maka perlu dipedomani prinsip- prinsip di bawah ini. 1. Guru perlu menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental peserta didik.
2. Guru membentuk kelompok belajar peserta didik yang saling kerjasama dan saling berhubungan satu sama lain.
3. Guru menyediakan lingkungan belajar peserta didik yang dapat mendukung pembelajaran mandiri.
4. Guru harus mempertimbangkan keberagaman peserta didik, artinya anak didik yang memiliki kemampuan tidak harus menyatu kelompoknya dengan teman yang seimbang, tetapi dia juga dapat menjadi guru sebaya dengan teman-temannya yang kurang mampu.
5. Guru memotivasi anak didik agar selalu menggunakan kesempatan untuk bertanya, agar melalui tehnik bertanya anak didik dapat memahami serta menghubungkan pengalaman masa lalunya terhadap pengetahuan yang baru ia temukan.
6. Guru perlu menerapkan penilaian secara proses bagi anak didik, artinya anak didik diperhatikan bagaimana kemampuan dan pemahamannya akan pelajaran yang disajikan selama beberapa waktu
Selanjutnya guru PAK dapat memilih Cara menerapkan CTL dalam Proses Pembelajaran PAK, yakni: 1. Dalam pembelajaran PAK, guru perlu mengembangkan pemikiran, bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara menemukan sendiri. Sebab itu, anak didik diberi kesempatan untuk mencari tahu tentang pokok-pokok materi serta apa saja yang berkaitan dengan tugas yang telah dirumuskan guru. Anak didik menemukan mengkonstruksikan sendiri pengetahuan, sikap tingkah laku dan keyakinannya pada Tuhan. Sedangkan guru PAK siap sedia memfasilitasi anak didik dalam memperolehnya.
2. Dalam pembelajaran PAK, guru perlu melaksanakan kegiatan inquiri. Misalnya, anak didik diberi tugas untuk mencari data tentang “Mengapa kebaktian aliran kharismatik selalu diikuti dan disenangi oleh para remaja?” Selanjutnya tugas berikut adalah merumuskan jawaban sementara, kemudian mengumpulkan data. Menganalisis, menyimpulkan dan kemudian menyajikan hasil temuan di kelas atau di hadapan guru dan teman-teman yang lain.
3. Dalam pembelajaran PAK guru sangat penting untuk mengembangkan sifat ingin tahu anak didik dengan cara bertanya atau dengan kata lain komponen bertanya merupakan keahliana dasar yang perlu dibangun dalam diri seseorang anak didik. Misalnya: Apa perbedaa baptisan percik dengan baptisan selam?
4. Dalam pembelajaran PAK, guru perlu menciptakan masyarakaat belajar dengan membentuk kelompok-kelompok. Seharusnya nama kelompok diambil dari nama nabi, rasul, jemaat atau tempat pelayanan Yesus yang ada dalam Alkitab. Dalam setiap kelompok harus saling ada keterkaitan atau ketergantungan, agar proses belajarnya lebih bervariasi dan memungkinkan anak didik saling membutuhkan serta bertukar pengalaman.
5. Dalam pembelajaran PAK perlu member model sebagai acuan atau referensi bagi peserta didik. Misalnya “ beribadah kepada Tuhan”. Sebagai guru harus lebih dahulu member model bagaimana beribadah yang benar kepada Tuhan. Melalui ketekunan, keikhlasan, kejujuran dan dengan perbuatan nyata setiap saat. 6. Dalam pembelajaran PAK, guru harus melakukan refleksi pada akhir pertemuan pembelajaran, agar peserta didik merasakan bahwa pada hari itu mereka sudah belajar sesuatu yang bermakna. Misalnya pelajaran yang membahas tentang cara pemeliharaan ciptaan Tuhan, khususnya tumbuh-tumbuhan. Maka di sini guru harus berusaha membangkitkan daya ingat peserta didik akan perbuatan mereka terhadap tumbuh-tumbuhan yang dapat mengganggu kerusakan lingkungan hidup. Bersamaan dengan itu, anak peserta diajak berjanji kepada Tuhan dalam doa untuk senantiasa memelihara ciptaan Tuhan dengan baik.
7. Dengan pembelajaran PAK, guru harus memberi penilaian yang sebenarnya tentang hasil belajar anak didik. Guru PAK menilai peserta didik melalui proses kegiatan yang dilakukannya, bukan hanya dengan tes secara tertulis atau lisan saja. Dalam hal ini perlu dikembangkan berbagai tehnik penilaian sebagaimana cara yang obyektif.
Pemeblajaran kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaaannya. Sebagai hal penting dalam pembelajaran PAK, perlu dikembangkan pemikiran bahwa anak didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya secara mendetail dengan pedoman dan bimbingan guru PAK. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri (menemukan) untuk semua topic dengan tuntutan dari guru PAK. Guru PAK mengembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya. Guru menciptakan masyarakat belajar peserta didik. Guru PAK menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran bagi peserta didik, dalam arti guru PAK sebaiknya mencerminkan karakter Yesus sebagai guru yang baik. Guru PAK melakukan refleksi diakhir pertemuan sekaligus penilaian.

0 komentar:

Posting Komentar